Jumat, 01 April 2022

Tugas 3.3.a.10. Aksi Nyata - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

 Program Praktek Pengolahan Bahan Pangan (Protek Pebangan)

Oleh : Ilah Armilah, S. E.
Guru Prakarya dan IPS
SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi
CGP Angkatan 3 Kabupaten Lampung Utara
PP : Apridayani, S. Pd.
Fasilitator : Suharyanto, M. Pd.

    Program Praktek Pengolahan Bahan Pangan (Protek Pebangan) merupakan kegiatan intrakurikuler yang ada pada mata pelajaran Prakarya Kelas 8 semester 2. Materi yang dipilih adalah materi yang ada padaa Bab 4 yaitu tentang Pengolahan bahan pangan serealia, umbi, dan kacang-kacangan.

         Program dilaksanakan di SMP islam Ibnu Rusyd Kotabumi kabupaten lampung Utara, yang menjadikan murid-murid kelas 8a (putri) sebagai pelaku utama program.  Program telah direncanakan pada tanggal 10 Maret 2022, telah melalui proses diskusi dan konsultasi dengan kepala sekolah, waka kurikulum, dan wali kelas. Dan Pelaksanaan program dilakukan pada hari Jum'at, Tanggal 25 maret 2022 mulai jam 08:00 sampai jam 11:30 WIB.


 

Latar Belakang Pelaksanaan Program ( Peristiwa /Fact)

 1.     Murid kelas 8 memiliki minat membaca materi pelajaran Prakarya yang rendahà Dicarikan sumber bacaan yang menarik bagi usia mereka, sehingga minat /ketertarikan mereka dikaitkan dengan kodrat mereka yang hidup di era digitalà Sumber bacaan bukan hanya dari buku paket namun juga dari internet yang menyediakan banyak pilihan (Voice, Choice, Ownership).

2.     Rendahnya minat baca menimbulkan minimnya pengetahuan terkait materi pelajaran Prakaryaà Rasa memiliki belum tumbuh sehingga perlu kita carikan media yang dapat menumbuhkan rasa memiliki mereka terhadap materi pelajaran prakarya. Mereka dapat menemukan jalan /cara terbaik bagi mereka untuk memahami materi tersebut. (Ownership, choice, Voice).
 
3. Kolaborasi antar murid belum terlihat baik dan merataàDengan memberikan kebebasan kepada murid untuk memilih teman/rekan dalam satu kelompok kerja untuk kegiatan praktek pengolahan  (Choice), bisa berdasarkan hubungan keakraban, kedekatan tempat tinggal, kesamaan hobi dan minat (Voice). Setiap kelompok kerja dipersilahkan memilih satu menu yang diinginkan dari dua menu yang disediakan (Choice). Dengan melaksanakan kegiatan sesuai keinginan dan pilihan mereka diharapkan mereka dapat menemukenali kekuatan yang ada pada diri mereka, mereka lebih bertanggung jawab akan pilihannya, dapat mengatur cara dan jalan terbaik untuk aktivitas pembelajaran  yang mereka lakukan untuk  mencapai tujuan pembelajaran yaitu murid dapat memahami dan melakukan pengolahan bahan pangan dengan didasari rasa syukur atas segala karunia Allah SWT., bernalar kritis, kreatif, mandiri, dan gotong-royong. 
 
4.   Karakteristik SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi yang bercirikan Islam, membagi kelas 8 menjadi kelas 8 Putra dan  kelas 8 Putri. Memiliki asset pendukung pelaksanaan program, yaitu :

a.    Asset sumber daya manusia yang baik, mulai kepala sekolah, waka, guru, tendik, dan murid serta orangtua murid.

b.    Asset sumber daya alam/lingkungan yang nyaman dan aman, terletak di lokasi yang mudah dijangkau dan tidak ramai meski terletak di pinggir jalan besar.

c.    Asset Fisik yang mendukung pelaksanaan program, seperti ketersediaan air, listrik, internet, tempat cuci tangan, halaman sekolah, ruang kelas, buku pelajaran, taman, dan peralatan yang dibutuhkan dalam program praktek pengolahan bahan pangan.

d.    Asset sosial melalui MGMP dan media sosial guru mapel ataupun sekolah, memberikan informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran yang dimaksud dalam program ini.

e.    Asset finansial yang mendukung, yang berasal dari orang tua/wali murid. Sehingga Ketika dibutuhkan dana untuk membeli bahan praktek murid tidak menghadapi kendala.

f.     Aset Politik, yaitu tersedianya listrik yang memadai berkat kerja sama dengan PLN dan ketersediaan Internet berkat kerja sama dengan Telkom. Karena sumber bacaan bukan hanya berasal dari buku paket namun juga dari internet yaitu dari youtube dan google, di mana semuanya perlu diakses dengan adanya listrik dan internet.

g.  Aset Agama dan Budaya, seperti budaya positif yang sudah ada sejak lama di sekolah kami yaitu sholat dhuha, mengaji, kebersihan kelas, jum’at berkah, silaturahim, dan TPA. Budaya positif memberikan energi positif pada murid Ketika mereka melakukan kerja kelompok /Kelompok kerja (Pokja). 

Sabtu, 12 Maret 2022

Tugas 3.1.a.10. Aksi Nyata - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Tugas 3.1.a.10.  Aksi Nyata - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran 

Oleh : Ilah Armilah, S. E.
Guru SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi
CGP Angkatan 3 Kabupaten Lampung Utara
PP : Apridayani, S. Pd.       
 Fasilitator : Suharyanto, M. Pd.

1. Peristiwa (Facts)

     a. Latar Belakang

        Semenjak masa pandemi terjadi kegiatan pembelajaran di SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi berulangkali  mengalami pergantian  dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau Belajar Dari  Rumah (BDR) hingga  Pertemuan Tatap Muka (PTM) Terbatas dengan cara shift. Selama PJJ, tingkat partisipasi murid dalam pengerjaan tugas-tugas masih rendah  ditambah  saat PTM  tidak semua murid masuk sekolah sesuai jadwal shift PTM dan  mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

        Saat PTM terbatas berlangsung di sekolah, ternyata bukan hanya murid yang tidak masuk sekolah tetapi juga guru. Selalu ada saja guru yang berhalangan hadir dalam setiap pekannya. Hal yang cukup menarik terjadi ketika  guru yang berhalangan hadir tidak memberikan tugas. Ruangan kelas menjadi ramai, murid-murid sibuk sendiri di dalam kelas  bahkan seringkali  mereka menggunakan waktu kosongnya di luar kelas untuk makan minum, nyanyi-nyanyi atau sekedar berkumpul  dan  mengobrol. Yang jelas, Hampir tidak  ada yang membuka buku pelajaran  di saat jam kosong dan aktivitas mereka terkadang mengganggu kelas sebelah.


 


 



  
      b. Alasan Melakukan Aksi

Kondisi pada saat jam kosong menjadi dilema etika bagi sekolah, membiarkan murid dengan aktivitasnya atau tetap belajar bersama guru yang lain ? . Karena selama PTM Terbatas kegiatan KBM tidak diberikan waktu istirahat sehingga   membuat murid-murid bosan belajar meskipun jam sekolah lebih pendek. Kerinduan bermain dengan teman sekolah yang selama masa pandemi tidak terakomodasi, bisa tersalurkan meski sekedar mengobrol di kelas.  

    c. Hasil Aksi Nyata

Mengisi jam kosong bersama guru piket atau guru pengganti baik diisi dengan materi pelajaran dan tugas dari guru yang berhalangan atau mengisinya dengan kegiatan lain yang bermakna, seperti kegiatan  literasi  atau mungkin bisa menghilangkan kejenuhan suasana belajar dan memfasilitasi keinginan peserta didik untuk mengobrol namun tetap dalam kegiatan pembelajaran (diskusi). Pilihan tema bisa disesuaikan dengan materi pelajaran di jam kosong atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan karakter atau Pendidikan keterampilan hidup (PKH). 




2. Perasaan (Feelings)

Saya merasa sangat bersemangat untuk  melaksanakan kegiatan tersebut yaitu mengisi jam kosong dengan berbagai aktivitas sekaligus optimalisasi peran  guru piket atau guru pengganti di saat jam kosong. Harapannya,  guru piket/guru pengganti bisa mengisi ketidakhadiran guru mapel dan peserta didik terpenuhi kebutuhan mendapatkan pendidikan. Pendidikan di sini diartikan dalam cakupan yang luas, bukan hanya belajar di kelas atau membaca buku paket. Siapapun guru piket/guru penggantinya bisa melakukan aktivitas tanpa memaksakan diri harus mengajar materi yang bukan bidang / keahliannya.Murid-murid dapat terawasi, jam kosong diisi oleh kegiatan yang bermakna, dan tidak mengganggu kelas lain.

3. Pembelajaran (Findings)

Selama ini jika ada guru yang berhalangan masuk kelas akan memberikan tugas melalui pesan di WhatsApp Grup atau melalaui guru piket. Guru piket akan memberikan materi sesuai amanah guru yang berhalangan, meskipun mapel itu bukan bidangnya. Terkadang guru hanya menitipkan tugas ke guru piket dan guru piket akan memanggil ketua kelas untuk mengambil tugasnya. Sehingga tugas ketua kelas menjadi lebih berat karena harus mengawasi teman-temannya  sekaligus mengerjakan tugas. 

Dengan pengamatan, evaluasi, dan kolaborasi  dengan semua pihak terkait di sekolah saya bisa mengetahui permasalahan di jam kosong. Saya  mencoba mencari solusi atas permasalahan yang ada dengan tetap mengakomodasi kebutuhan belajar dan pendidikan  peserta didik bersama guru piket/ guru pengganti.

Pembelajaran yang didapatkan bahwa mengambilan keputusan dengan mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. 

 4. Penerapan ke depan (Future)

Kegiatan /aktivitas pengisi jam kosong  akan dilakukan   sesuai kadar kesanggupan guru piket/pengganti dan murid-murid.   Dan peran guru piket / guru pengganti  di saat jam kosong juga  bisa dilaksanakan dengan baik karena sudah dilakukan perencanaan, penggorganisasian, pelaksanaan kegiatan, dan tetap disupervisi. Sehingga  kegiatan ini dapat dilihat dan diukur keberhasilannya. Jika ada kekurangan kita bisa melakukan perbaikan atau mencari solusi lain yang lebih baik. 

 

    

Berdiskusi dengan rekan sejawat bisa dilakukan di mana pun dan kapanpun untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran yang berpihak pada murid.


Terima kasih.


Minggu, 20 Februari 2022

3.1.a.9. Koneksi Antar Materi-Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Koneksi Antar Materi - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran 

Oleh : Ilah Armilah, S. E.

Guru SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi
CGP Angkatan 3 Kabupaten Lampung Utara
PP : Apridayani, S. Pd.
Fasilitator : Suharyanto, M.Pd.

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).  Bob Talbert

Bagi saya, kutipan ini memiliki makna yang sangat dalam, dimana bagi saya yang memeluk agama Islam apa yang berharga bagi saya dan keluarga adalah terkait Aqidah dan akhlaq(karakter). Dalam aqidah agama Islam tercakup masalah akhlaq atau perilaku. Pembentukan perilaku baik perlu dilakukan berdasarkan pada keyakinan dan kebenaran. Terkadang perilaku bisa saja baik namun tidak benar. Seperti dalam pengambilan keputusan Dilema etika atau bujukan moral, kita memahami bahawa dalam bujukan moral mungkin perilaku kita adalah baik namun melakukan sebuah hal yang salah tentu tidak bisa dibenarkan. Sehingga ketika mendapati seorang anak melakukan kecurangan saat ujian sekolah, kita akan memberikan konsekuaensi apapun bujukan atau alasan yang disampaikan anak kepada kita, karena kita tahu bahwa melakukan kecurangan saat ujian adalah hal yang salah meskipun tujuannya benar untuk mendapatkan nilai bagus.










  • Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Pratap Triloka yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu :
1. Ing ngarsa sung tuladha yang bermakna seorang guru menjadi teladan bagi murid-muridnya.
2. Ing madya mangun karsa yang bermakna seorang guru menjalin komunikasi yang baik dengan murid
3. Tut wuri handayani yang memiliki makna peran guru untuk memotivasi serta mendorong murid-muridnya untuk berkembang sesuai kodrat dan potensi yang dimiliki.

Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan, Pratap Triloka akan memberi pengaruh kepada seorang guru ketika mengambil keputusan. A[pakah keputusan yang diambilnya sudah baik, benar, dan tepat serta bermanfaat bagi  semua? Meskipun mungkin tidak akan semua kepentingan dapat difasilitasi melalui keputusan yang kita ambil, tapi setidaknya sudah mewakili kepentingan mayoritas. Sebagai seseorang yang memberi teladan guru harus mampu mengambil keputusan yang tepat dan bikasana, mampu mengkomunikasikan keputusan yang telah diambilnya kepada murid-murid dan mampu membuat keputusan yang dapat memotivasi/mendorong muriid menjadi insan yang dapat mengembangkan potensi dirinya menjadi manusia yang berkarakter dan  bermanfaat bagi kebaikan umat.
  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai yang tertanam pada diri kita tentu saja akan memberi warna dan pengaruh pada setiap keputusan yang kita ambil. Sebagai seorang muslim, nilai -nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam tentu akan menjadi pijakan utama bagi saya dalam mengambil keputusan , setelah itu saya akan memperhitungkan nilai-nilai kebajikan universal dan  kebermanfaatannya.
Sebagai seorang calon guru penggerak, saya juga  memegang nilai - nilai guru penggerak yaitu : Mandiri, reflekstif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Karena pada prinsipnya nilai-nilai ini sejalan dengan keyakinan yang saya pegang, maka pengambilan keputusan akan diambil dengan mempertimbangkan nilai-nilai ini juga. 
  • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Ketika kita menemukan sebuah situasi pada peserta didik atau rekan sejawat, yang membutuhkan pengambilan keputusan baik kita bisa melakukan peran kita sebagai pembantu mereka menemukan permalahan dan solusi atas masalah yang sedang mereka hadapi melalui
Coaching yang kita lakukan padanya diantaranya dengan model TIRTA. sembilan langkah pengambilan keputusan dapat kita aplikasikan ketika mengecek kembali apakah keputusan yang diambil sudah tepat? ( langkah pengambilan keputusan yang dimaksud adalah :
  1. Mengenali bahwa ada  nilai-nilai yang saling bertentangan.
  2. Menentukan  siapa saja  yang terlibat dalam situasi tersebut.
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi tersebut. 
  4. Pengujian Benar atau Salah , dalam hal ini dapat dilakukan menggunakan uji legal, uji regulasi atau standar profesional, uji intuisi, uji halaman depan koran, dan uji panutan/idola.
  5. Pengujian  paradigma benar lawan benar.
  6. Melakukan prinsip resolusi.
  7. Investigasi opsi trilema.
  8. Buat keputusan.
  9. Lihat keputusan dan refleksikan.

3.1.a.7. Demontrasi Kontekstual -Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran 

Oleh : Ilah Armilah, S. E.

Guru SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi
CGP Angkatan 3 Kabupaten Lampung Utara
PP : Apridayani, S. Pd.
Fasilitator : Suharyanto, M.Pd.

        Sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid, kita pasti sering dihadapkan dalam situasi di mana kita diharuskan mengambil suatu keputusan. pemikiran-pemikiran apa saja yang kita jadikan dasar dalam pengambilan keputusan? Apakah keputusan kita sudah sesuai dengan aturan? Apakah keputusan yang telah kita ambil memberikan rasa nyaman dan tenang atau bahkan membuat diri kita menjadi gelisah dan tidak tenang? Jika kita memposisikan idola kita pada kondisi tersebut, kira-kira keputusan apa yang akan diambilnya, apakah sama dengan keputusan yang telah kita ambil?  Pertanyaan-pertanyaan tersebut  menjadi pemicu dalam mempelajari Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. 

             Sekolah sebagai lembaga formal tempat anak-anak bangsa mendapatkan pendidikan baik ilmu pengetahuan, agama, maupun moral memiliki peran penting dalam membentuk karakter para warganya.  Sebagai seorang pemimpin di sekolah terkadang harus berhadapan dengan  situasi di mana harus mengambil keputusan yang mengandung dilema etika (ethical dilemma).

            Namun terkadang kita juga terjebak pada situasi yang membuat  kita bingung harus mengambil keputusan yang bagaimana agar keputusan tidak merugikan, berpihak pada anak, mengandung unsur-unsur kebajikan universal, dan dapat dipertangguingjawabkan. Agar tidak salah dalam mengambil keputusan, ada baiknya kita mengenali situasi yang terjadi apakah termasuk dalam dilema etika ataukah hanya sekedar bujukan moral? Jika memang hanya bujukan moral ada baiknya kita tinggalkan. Namun jika itu termasuk dalam dilema etika, kita harus lebih dalam dan jauh lagi memikirkannya sebelum mengambil keputusan. 

 

 Apa Perbedaan dilema etika dengan bujukan moral ?

 

 



 

Dilema etika (ethical dilemma) merupakan situasi yang terjadi ketikaseseorang harus memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan secara moral adalah benar tetapi bertentangan, sedangkan bujukan moral  merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan di antara dua pilihan benar atau salah.

    

 

 

 4 Paradigma Dilema Etika

Secara Umum ada 4 paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika, yaitu :

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)  

3 Prinsip Pengambilan Keputusan

 Dilema etika seringkali membuat kita merasa sulit untuk mengambil keputusan. Keputusan yang akan kita ambil pada umumnya didasarkan pada tiga prinsip pengambilan keputusan, yaitu : 

1. Berfikir Berbasisi Hasil Akhir (Ends Based Thingking)

2. Berfikir Berbasis Peraturan (Rules Based Thingking)

3. Berfikir Berbasis Rasa Peduli (Cares Based Thingking)

 Selanjutnya, saya akan menjawab beberapa pertanyaan yang menjadi panduan dalam Tugas 3.1.a.7

1. Bagaimana Anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal Anda?

Saya akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang saya dapatkan di Program Pendidikan Guru Penggerak ini baik di lingkungan sekolah kepada murid dan rekan kerja atau komunitas praktisi di lingkungan sekolah.

 2. Apa langkah-langkah awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran?.

  • 1. Memetakan permasalahan apa yang sedang atu telah terjadi di sekolah, baik di dalam kelas maupun sekolah pada umumnya.
  • 2. Merumuskan langkah-langkah penyelesaian masalah yang akan saya ambil
  • 3. Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait di sekolah , seperti wali kelas, waka, ataupun kepala sekolah. 

 3. Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.

Di mulai hari ini, tanggal 19 Februari 2022.  Dengan rencana :

Ketika menemukan permasalahan di peserta didik ataupun rekan kerja, saya akan coba mengidentifikasi permasalahannya atau mengidentifikasi situasinya bagaimana ,  baik terkait kegiatan pembelajaran ataupun mungkin permasalahan pribadi.

Saya akan mencoba mengimplementasikan  9 Langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan dalam menganalisis permasalahan/situasi yang ada agar dapat menemukan solusi yang terbaik atas permasalahan/situasi yang terjadi.  Kesembilan langkah tersebut adalah sebagai berikut : 

    1. Mengenali bahwa ada  nilai-nilai yang saling bertentangan.
    2. Menentukan  siapa saja  yang terlibat dalam situasi tersebut.
    3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi tersebut. 
    4. Pengujian Benar atau Salah , dalam hal ini dapat dilakukan menggunakan uji legal, uji regulasi atau standar profesional, uji intuisi, uji halaman depan koran, dan uji panutan/idola.
    5. Pengujian  paradigma benar lawan benar.
    6. Melakukan prinsip resolusi.
    7. Investigasi opsi trilema.
    8. Buat keputusan.
    9. Lihat keputusan dan refleksikan.
4. Siapa yang akan menjadi pendamping anda, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman diskusi Anda untuk menentukan langkah-langkah yang anda ambil telah tepat dan efektif. 
1. Suami saya

2. Rekan sejawat

3. Waka

4. Kepala Sekolah

5. Pengajar Praktik saya

    


 Terima Kasih.......

 

 

Minggu, 07 November 2021

Pembelajaran Berdiferensiasi

 Pembelajaran Berdiferensiasi

oleh : Ilah Armilah,S.E.

Guru di SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi
CGP Angkatan 3 Kabupaten Lampung Utara
Fasilitator : Suharyanto,M.Pd. 
PP : Apridayani,S.Pd.

A. Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

    

Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. 

Namun demikian, pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Bukan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan.

Lalu seperti apa sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi?

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

  1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
  4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
  5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Yang perlu digarisbawahi adalah 
Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut.

        Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. 

Ketiga aspek tersebut adalah:

  1. Kesiapan belajar (readiness) murid
  2. Minat murid
  3. Profil belajar murid

Tugas 3.3.a.10. Aksi Nyata - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

 Program Praktek Pengolahan Bahan Pangan (Protek Pebangan) Oleh : Ilah Armilah, S. E. Guru Prakarya dan IPS SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi CG...