“ Perjalanan
Panjang Yang Tak Kan Pernah Usai”
Menjadi
seorang Ibu dari anak-anak yang sholeh, sehat, cerdas, dan berahlak
yang baik, adalah dambaanku. Dan untuk menjadikan
anak-anakku seperti itu, bukanlah perkara mudah.
Perjuangan
dan perjalanan berat nan panjang telah siap menanti. Perjalanan itu
kumulai kala memilih dan menentukan pasangan hidup. Kemudian setelah
menikah, proses “membuat” anak adalah ladang perjuanganku
berikutnya. Do'a- do'a yang dianjurkan, kulantunkan kala rutinitas
itu dilakukan, tak lain demi mendapatkan keturunan yang baik, yang
terjaga, dan di jauhkan dari segala godaan syaitan.
Lalu
setelah terjadi kehamilan, perjuangan di babak selanjutnyapun di
mulai. Lebih kurang 40 minggu seorang Ibu mengandung, lengkap dengan
segala suka dan duka. Mengatasi morning sickness yang mengganggu dan
benar-benar membuatku seperti seorang pesakitan, yang harus aku lawan
dengan keikhlasan dan kasih sayang. Bagaimanapun, demi si
calon bayi, aku berusaha kuat dan tegar meski pada ahirnya
akupun rapuh dan harus beristirahat total. Namun lagi-lagi, demi si
calon bayi, aku memotovasi diri sendiri agar segera pulih, kuat, dan
kembali sehat. Sepahit apapun obat, asalkan itu bisa menyembuhkan
sakitku dengan cepat pasti segera kutelan tanpa fikir panjang lagi.
Sampai pada
hari ketika aku melahirkan anak-anak, aku harus berjuang melawan
rasa takut dan khawatir. Mengucapkan untaian do'a-do'a,menanamkan
keyakinan dan keikhlasan, mengharapkan yang terbaik , kemudahan, dan
kesehatan. Perjuangan yang berat bagi seorang ibu kala melahirkan,
pertarungan hidup dan mati yang bisa terlalui, tak lain karena
kecintaan dan rasa sayang kepada sang buah hati. Seolah hilang
seluruh perih, seakan sirna semua sakit yang selama ini dirasa,
setelah mendengar suara tangisan bayi kecilku. Tangis bahagia tak
mampu kubendung lagi. Lalu do'a penuh syukur terucapkan
kehadirat Illahi, atas Karunia-Nya yang tiada ternilai.
Bayi-bayi
mungil yang terlahir dari rahimku, yang telah kunantikan sekian
lama, kutemani hari-harinya dengan alunan ayat suci Al-Qur'an serta
senandung kerinduan dan kasih sayang seorang Ibu, akan segera memulai
kehidupannya. Lantunan do'a dan ungkapan rasa syukur aku ungkapkan
dalam acara Aqiqah,memberinya nama yang bagus dan indah,serta do'a dan
harapan agar kelak anak-anakku tumbuh menjadi manusia yang Beriman, Bertakwa, cerdas, dan Berahlakul karimah.
Seorang
Ibu, dengan segala kasih dan sayangnya, merawat, mendidik, dan
membesarkan anak-anaknya penuh dengan keikhlasan.
Alunan do'a-do'a terbaik, senantiasa dilantunkan kala usai
melaksanakan kewajiban sholat. Di hari-hari istimewa, rangkaian do'a
yang dilantunkan lebih terdengar istimewa. Memohon kesehatan,
kebaikan dunia-akhirat, kecerdasan, dan kecukupan. Juga memohon
perlindungan dari segala godaan syaitan, dari segala marabahaya, dan
bencana.
ASI
ekslusif untuk 6 bulan pertama kehidupannya, adalah hak preogatif
anak yang harus aku tunaikan dengan baik, penuh keikhlasan, dan
kesadaran. Itu adalah bekal awal mereka dalam memperkuat daya tahan
tubuh,kecukupan asupan, dan kecerdasannya. Selepas enam bulan, barulah aku memberinya
tambahan makanan pendamping. Aku membuatkannya dengan sangat
hati-hati,khawatir makanan yang kubuat akan melukai anak-anakku.
Bahan makanan terbaik yang aku pilih meskipun bukan bahan-bahan mahal, lalu kumasak dan olah sendiri,
dan kusuapkan langsung kepada anak-anak dengan penuh kesabaran dan
cinta kasih. Menyuapi anak-anak, memandikan, memakaikan pakaian,
menyisirkan rambutnya, memakaikan sepatu, memberinya kecupan dan
pelukan hangat, kemudian mengajaknya bermain bersama atau sekedar
jalan-jalan di halaman adalah rutinitas biasa namun selalu istimewa
di hatiku.
Kala
mencuci pakaian, melihat pakaian anak-anakku yang telah berubah
ukuran, atau melihat pakaian kesukaan mereka, akan melayangkan
fikiranku pada masa ketika anak-anak mengenakannya. Kembali
terjalin ikatan batin yang kuat pada rutinitas biasa, dan mencuci
pakaian menjadi bersemangat dan penuh cinta.
Kala
anak-anak sakit, aku tidak akan bisa merasa tenang. Makan tak
kuasa, tidurpun tak bisa, seakan ikut sakit seluruh tubuhku. Tapi
aku harus kuat dan tegar, aku harus bisa melawan rasa lemah itu
karena anak-anak membutuhkanku. Sepanjang anakku terjaga aku
berusaha berada di sisinya, memberikan setiap apa yang anakku minta,
menemaninya dengan kasih sayang dan pelukan penuh cinta, menjaganya
dengan penuh keikhlasan, sementara mulut tak henti-hentinya mengucap
do'a demi kesembuhan anakku.
Ketika
anak-anakku sudah mulai memasuki usia sekolah, aku akan berusaha
keras memilihkan sekolah yang berkualitas terutama dalam bidang agama Islamnya. Dan selalu
siap siaga jika aku diminta mengantar-jemput mereka. Terkadang
akupun harus menunggui mereka di sekolah, dan meninggalkan beragam
pekerjaan rumah yang belum sempat terselesaikan. Sambil menunggu
anak-anak,biasanya aku duduk – duduk di bangku halaman sekolah,
atau mengobrol dengan ibu-ibu lainnya. Dan sesekali, aku perlu
melongok ke dalam kelas untuk melambaikan tangan atau memberikan
senyuman penyemangat.
Saat
anak-anak berhasil melalui ujian di sekolahnya dengan nilai yang
nyaris sempurna, tak ada hadiah istimewa yang bisa aku berikan
selain dekapan dan kecupan serta ucapan terima kasih.
Ada satu anakku yang sering mendapatkan nilai jauh dari harapan, guru kelasnya pernah memanggilku untuk membicarakan hal itu. Meski saat itu ada rasa malu, itu tidak akan mengubah semuanya. Anakku memiliki kemampuan yang berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Aku dan suami mencari sisi lain dari dirinya, ternyata anak kami yang satu ini senang melihat binatang peliharaan orang. Setelah ketemu apa yang tersembunyi dari dirinya, kami mencarikannya sepasang ayam kampung. Benar seperti dugaan kami waktu itu, anakku yang satu ini pandai merawat binatang peliharaannya. Dalam satu tahun, ayam-ayamnya sudah berjumlah tiga kali lipat. Sekarang anakku punya keinginan untuk memiliki sepasang kambing, tapi itu belum kami kabulkan, karena memelihara kambing akan butuh lebih banyak waktu dan tenaga.
Suatu ketika, kala anak-anak mengalami kekecewaan atau hambatan dalam
berinteraksi dengan kawan-kawannya di sekolah,sebagai Ibu, aku harus
selalu ada dan siap menjadi pendengar setia. Tak lupa memberinya
sedikit nasehat dengan gaya bahasa anak-anak seusia mereka. Ya,
seorang Ibu adalah teman sekaligus sahabat buat anak-anaknya.
Siapa lagi teman dan sahabat terdekat mereka kalau bukan kita,
Ibunya?
Ada
kegiatan rutin yang sangat disukai kelima anakku, yaitu acara tidur
bersama di lantai atas. Sambil memandangi langit yang cerah
berhiasakan taburan bintang-bintang nan indah, anak-anak akan
memintaku bercerita, ”Ibu......,tolong ceritakan lagi masa kecil
ibu,saat ibu berusia 5 tahun sampai Ibu selesai kuliah......”. Cerita
yang kerap kuulang-ulang namun tak pernah membuat mereka merasa
bosan. Pernah suatu ketika aku percepat ceritanya, namun ternyata
anak-anak tahu, ada bagian yang terlewatkan. Setelah selesai
bercerita, biasanya kutanyakan siapa yang ingin bercerita
selanjutnya.
Masa-masa menjelang tidur adalah masanya berbagi cerita
dengan tak lupa diselingi beberapa nasehat. Lewat cerita aku
berusaha mengatakan kepada anak-anak untuk senantiasa bersyukur atas
segala Karunia dan Nikamat yang telah Allah SWT. beri. Mengatakan,bahwa kegagalan bukanlah ahir dari segalanya. Kegagalan adalah jalan lain menuju keberhasilan. Jadi,jangan takut gagal,berjuanglah,dan kalaupun kegagalan itu datang harus kita ikhlaskan. Kita bisa mencobanya kembali dilain kesempatan. Dan biasakan untuk
selalu berdo'a,terlepas dari terkabul atau tidaknya do'a kita. Karena
dalam do'a ada pengharapan,kerelaan,kesabaran, dan baik sangka. Karena do'a adalah ramuan
mujarab yang tak lekang oleh waktu dan takkan tergilas oleh zaman.
Dan satu lagi yang selalu aku tekankan,” Sebagai manusia kita
diberi Allah SWT. Akal dan hati nurani. Dengan ini,kita bisa
membedakan baik dan buruk, benar atau salah, dan sebagainya. Ada
Pesan dalam Al-Qur'an yang mengatakan kebaikan yang kita tanam akan
kembali ke pada kita begitupun dengan kejahatan. Kejahatan yang kita
lakukan akan kembali kepada kita.Pilihan ada di tangan kita,
mau berbuat baik atau berbuat jahat .....? Jadi, berhati-hatilah dalam bertingkah laku dan menentukan pilihan”.
Membaca
surat-surat pendek dari Juz 'Amma adalah kebiasaan lain yang aku
lakukan sebagai pengantar tidur di dalam kamar anak-anak. Sambil
membaca, aku juga bisa belajar untuk menghafalkannya. Jika bacaan
Juz 'Amma belum bisa mengantarkan anak-anakku tidur, aku masih punya
jurus pamungkas, yaitu nyanyian pengantar tidur. Nyanyian yang
syairnya kukarang sendiri, di sesuaikan dengan nama masing-masing
anak-anakku. Biasanya sambil bernyanyi,kuelus-elus punggung anakku
satu per satu. Dan setelah beberapa kali diulang, anak-anakpun telah
tertidur lelap. Sebelum meninggalkan kamar, kukecup kening anakku satu persatu sambil kukatakan pada mereka:"maafkan Ibu, jika ibu membuat kalian sedih dan kecewa.Ibu sayang adik/kakak/mbak/ayuk.......".
Perjalanan
panjang seorang Ibu Takkan pernah usai, masih akan terus berlanjut sampai ajal datang menjemput.
Do'a,perhatian,kasih sayang, dan segala yang diberikan untuk
anak-anak adalah ladang amal sholeh buat seorang ibu. Seorang ibu
tidak mengharapkan imbalan apapun dari anak-anaknya, begitu pula aku.
Aku hanya berharap kelak anak-anakku tumbuh menjadi manusia-manusia
unggul yang berkualitas baik, jasmani-ruhani dan
material-spiritualnya. Menjadi manusia-manusia yang “IMTAK &
CERAH”. Yaitu manusia yang BerIMan, BerTAKwa,
CERdas, dan Berahlakul karimAH. Di manapun mereka berada, mereka akan dengan
mudah beradaptasi dan menjalani hari-harinya tanpa harus kehilangan
jati diri. Menjadi manusia unggul dan utama, manusia yang
bermartabat dan bermanfaat. Seperti sebuah hadist ,” Sebaik-baik
manusia adalah yang paling bermanfaat................”. Aamiin.