Senin, 30 November 2020

LAWAN KEKERASAN BERBASIS GENDER, DIMULAI DARI RUMAH

        Sahabat karakter dimanapun anda berada, seperti yang kita tahu kekerasan berbasis gender sudah ada sejak lama. Saking lamanya, masyarakat kita menganggap kekerasan berbasis gender adalah hal biasa dan noemal terjadi daalam kehidupan. Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kini orang sudah mulai mengetahui dan menyadari akan bahaya dan dampak yang ditimbulkan dari kekerasan ini. Dan untuk menghindari dampak dan bahaya yang menyertai tindak kekerasan berbasis gender, ada baiknya kita melakukan pencegahan lebih awal, dimulai dari diri kita dan lingkungan terkecil kita yaitu keluarga.



        Dalam video ini disampaikan bahwa "Kekerasan berbasis gender adalah istilah yang digunakan untuk berbagai macam bentuk tindakan kekerasan yang membahayakan atau mengakibatkan penderitaan pada seseorang yang dilakukan berdasarkan perbedaan sosial termasuk laki-laki dan perempuan yang dapat mengakibatkan penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran termasuk berupa ancaman, paksaan, dan berbagai bentuk lainnya yang merampas kebebasan seseorang baik di ruang publik atau umum maupun di dalam lingkungan kehidupan pribadi. dI mana kasus kekerasan berbasis gender selama masa Pandemi Covid-19 , meningkat.

        Selama masa Pandemi Covid-19, di mana hampir seluruh anggota keluarga berkumpul dan berinteraksi di dalam rumah, sangat rentan akan terjadinya tindakan kekerasan. Perbedaan pendapat, kebiasaan, ataupun perbedaan kesukaan kadang berujung pada keributan di dalam rumah yang memungkinkan terjadinya tindakan kekerasan  berbasis gender, tidak terkecuali rumah saya.
        
        Semenjak bulan maret 2020 rumah saya kembali ramai. Dua anak yang sedang  kuliah di Yogyakarta pulang  dan melakukan perkuliahan secara jarak jauh. Sementara di rumah ada tiga anak saya  lainnya yang masih duduk di bangku SMK, SMP, dan SD yang  juga melakukan pembelajaran jarak jauh.  Bisa dibayangkan, bagaimana ramainya rumah  saat semua anak berkumpul.

             Rumah saya adalah rumah tua dengan 3 kamar tidur yang kami tempati. Satu kamar untuk kedua putra saya, satu kamar untuk ketiga putri saya, dan satu kamar lagi untuk saya dan suami. masing-masing anak kami memiliki keunikan tersendiri.  Kegemaran mulai dari warna kesukaan, makanan kesukaan, sampai pada aktivitas kesukaan yang berbeda dan  terkadang merepotkan , karena hampir setiap hari ada saja keributan yang terjadi.  Seperti  misalnya soal tempat duduk yang diincar oleh lebih dari satu anak, kadang ribut dan berebut.
Yang paling sering terjadi adalah keributan karena sang kakak menyuruh adik-adiknya sementara si adik tidak mau disuruh, dan terkadang terdengar kata-kata yang sedikit memaksa dan bernada tinggi. Atau anak laki-laki merasa tugas memasak dan mencuci adalah tugas anak perempuan, sehingga mereka hanya tinggal menikmati hasil.

           Lalu, bagaimana cara kami  mencegah terjadinya kekerasan berbasis gender  di dalam rumah selama masa Pandemi ? berikut akan saya sampaikan beberapa perbuatan baik yang kami lakukan di dalam rumah selama masa pandemi Covid-19 untuk menghindari tindakan kekerasan berbasis gender.

         Ketika  masa pandemi berlalu beberapa waktu, saya melihat kembali seluruh bagian dari rumah saya. menatap lama tempat di mana anak-anak saya suka berebut "poisi".  Memikirkannya terlintas ide untuk mengubah tatanan rumah, membiarkan anak-anak mengatur sendiri kamarnya dan mengecat ulang kembali kamar sesuai selera.  Mereka punya ide, mereka sendiri yang mengerjakan.  Begitupun dengan makanan, saya membiarkan mereka memilih dan memasak apa yang mereka sukai.  Terkadang mereka mengerjakan tugas berbarengan, misal saat mencuci pakaian ;anak tertua (laki-laki) dengan anak keempat (perempuan), anak ketiga (laki-laki) dengan anak kelima (perempuan), untuk memaksimalkan kapasitas mesin cuci mereka jadikan satu cucian mereka, sang kakak yang mencuci dan saat menjemur, adik perempuannya yang mengerjakan. Sebagai orang tua kami hanya menyediakan apa yang dibutuhkan, memberi jalan, dan mengarahkan..




Dinding kamar anak perempuan, hasil desaian dan mengecat anak perempuan


        Sekarang hampir tidak terdengar lagi ribut atau rebutan sesuatu di rumah. Masing-masing melaksanakan tugas, bekerja sama dan bertanggung jawab atas pilihannya tanpa membedakan ini  pekerjaan perempuan atau laki-laki.  Dalam rumah, susana lebih dapat terkendali, tenang, dan yang paling menyenangkan adalah anak-anak semakin dekat, akur,  dan saling menghargai  satu sama lain. 

Kamis, 19 November 2020

Pembelajaran Jarak Jauh di tengah Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sejak awal maret 2020 menyebabkan pembelajaran di lakukan secara jarak jauh, memasuki bulan kesembilan. Rasa jenuh sudah mulai menyerang, baik siswa ataupun guru. Banyak cara sudah dilakukan untuk mengurangi rasa jenuh atau bosan dalam pembelajaran jarak jauh ini, namun tetap saja rasa itu masih ada. Lahirnya gerakan merdeka belajar dan RPP 1 lembar memberi ruang kepada para guru , di mana guru diberi kebebasan untuk menbuat Rencana Perangkat pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di sekolah masing-masing. Pembelajaran yang mempriorotaskan KI-KD yang menjadi prasyarat pembelajaran di tahap berikutnya ataupun pembelajaran yang dikaitkan dengan kecakapan hidup dan informasi seputar kesehatan terutama terkait Covid-19. Namun tetap saja rasa bosan itu ada... Bagaimana mengatasi kebosanan di dalam pembelajaran jarak jauh di masa Pandemi ini? apa saja yang bisa dilakukan untuk mengurangi kebosanan itu? Dan bagaimana pembentukan karakter siswa untuk mewujudkan profil pelajar pancasila di masa PJJ ?

Kehidupan Masa Pra Aksara di Indonesia

Periodisasi zaman praaksara   Periodisasi zaman pra aksara dapat dibedakan berdasarkan geologi (ilmu yang mempelajari bebatuan)  ( Diambil d...