Minggu, 07 November 2021

Pembelajaran Berdiferensiasi

 Pembelajaran Berdiferensiasi

oleh : Ilah Armilah,S.E.

Guru di SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi
CGP Angkatan 3 Kabupaten Lampung Utara
Fasilitator : Suharyanto,M.Pd. 
PP : Apridayani,S.Pd.

A. Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

    

Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. 

Namun demikian, pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Bukan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan.

Lalu seperti apa sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi?

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

  1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
  4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
  5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Yang perlu digarisbawahi adalah 
Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut.

        Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. 

Ketiga aspek tersebut adalah:

  1. Kesiapan belajar (readiness) murid
  2. Minat murid
  3. Profil belajar murid

Kamis, 04 November 2021

Aksi Nyata Budaya Positif di SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi

Rancangan Tindakan Untuk Aksi nyata

MODUL BUDAYA POSITIF

KEBERSIHAN KELAS JUGA PRESTASI

Ilah Armilah,S.E.

SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi

CGP Angkatan 3 Kabupaten Lampung Utara

1.        Latar Belakang

SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi merupakan Lembaga Pendidikan formal yang berada di bawah naungan Yayasan Perguruan Islam Ibnu Rusyd. Terletak di Jl. Soekarno-Hatta No.103 Kotabumi. Masjid Raya Ibnu Rusyd yang menjadi kebanggan  senantiasa ramai dikunjungi orang yang ingin melaksanakan sholat. Dan karena posisinya bersebrangan dengan Rumah Sakit Umum Handayani, Masjid Raya Ibnu Rusyd juga sering menjadi tempat istirahat atau bertemunya  keluarga pasien.

Untuk masuk ke area  SMP islam Ibnu Rusyd pengunjung harus masuk melalui pintu gerbang dan melewati beberapa ruang kelas TK dan SD Islam Ibnu Rusyd. Karena lingkungan SMP bergabung dengan TK dan SD, maka tak heran jika para orang tua/wali TK dan SD ikut melihat-lihat lokasi SMP. Bisa dibayangkan , jika koridor ataupun kelas SMP kotor tentunya akan menjadi perhatian banyak orang. 

Untuk memberikan kenyamanan, keindahan, dan kesan baik perlu adanya budaya positif yang akan memunculkan rasa perduli dan kebutuhan akan kelas yang bersih.

Dengan kelas yang bersih, murid bisa melakukan sholat di dalam kelas, bisa duduk-duduk santai saat penat duduk di kursi, dan tentunya ruangan kelas yang bersih membuat betah para penghuninya.

Namun saat ini, baik murid ataupun guru yang masuk ke ruang kelas masih mendapati lantai kelas yang kotor, sehingga guru  perlu selalu mengingatkan akan pentingnya menjaga kebersihan kelas, terutama di jam pertama. Untuk membersihkan kelas biasanya murid-murid melakukannya sambil bercanda, sehingga menyita  waktu jam pelajaran pertama.

Alangkah senangnya jika saat jam pelajaran pertama di mulai murid-murid sudah  siap mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelasnya masing-masing dalam keadaan kelas yang bersih. Dan untuk mewujudkan angan-angan ini saya mengambil Judul  untuk Modul Budaya Positif ini yaitu “Kebersihan Kelas Juga Prestasi”.

Saya bukan wali kelas sehingga tidak memiliki kelas khusus untuk saya bina. Namun di kelas 8B saya mengajar dua mapel di hari yang sama, maka saya akan mengambil sampel kelas 8B sebagai kelas khusus aksi nyata.

 

2.      Tujuan

Sesuai dengan latar belakang yang mendasari Tindakan untuk aksi nyata yang menjadi alas an saya memilih Judul Modul Budaya Positif ini “Kebersihan Kelas Juga Prestasi”, diharapkan:

a.      Warga sekolah umumnya dan khususnya warga  dalam kelas memahami bahwa Prestasi bisa didapatkan dari banyak aspek, diantaranya  adalah dari kebersihan kelas sehingga muncul motivasi untuk berprestasi.

b.      Warga sekolah menyadari bahwa Kelas yang bersih adalah kebutuhan.

c.       Mewujudkan warga sekolah yang berkarakter seperti Profil pelajar pancasila

 

3.      Tolok Ukur

Untuk menilai keberhasilan tindakan untuk aksi nyata ini  adalah dengan melihat sejauh mana motivasi akan kebutuhan kelas yang bersih dapat diwujudkan. Jika warga sekolah umumnya dan khususnya warga kelas sudah mampu menjaga kebersihan kelasnya tanpa diingatkan guru apalagi disuruh, bisa dikatakan Tindakan aksi nyata ini 100% berhasil. Namun mungkin akan butuh waktu lebih dari 4 pekan untuk bisa 100% berhasil. Sudah sewajarnya jika dalam setiap tahapan pencapaian ke arah 100% berhasil, tetap diberikan apresiasi  atas niat baik dan usaha warga sekolah/warga kelas dalam menciptakan kelas yang bersih.

4.      Lini masa tindakan yang dilakukan

No.

Tindakan

Waktu Pelaksanaan

Keterangan

1.

Membagikan bibit tanaman sayuran di kelas 8

Oktober pekan ke-3

Bibit kangkung/ buncis/bayam

2.

Mengecek kebersihan kelas dan lingkungan sekitar kelas

Mulai Pekan ke-3 Oktober- pekan ke-3 November

Hari Kamis dan atau Jum’at .

3.

Mendokumentasikan kebersihan kelas dan kegiatan yang dilakukan dalam kelas yang khusus sebagai dampak positif kelas yang bersih.  Misalnya : sholat di kelas, makan/minum sambal duduk-duduk di lantai/teras kelas, mengerjakan tugas di lantai /teras kelas, duduk santai di lantai sambil bercengkrama dengan teman.

Mulai pekan ke-3 Oktober- pekan ke-3 November

Foto atau video

4.

Meminta tanggapan perwakilan warga sekolah ( 1 atau 2 murid , 1 atau 2 guru dan kepala sekolah)

Pekan ke-1 November dan pekan ke-3 November

Bisa melalui kuisioner ataupun wawancara/tanya jawab/observasi

5.

Tolak Ukur keberhasilan tindakan

Pekan ke-2 dan 3 November

Bisa melalui observasi dan atau kuisioner

6.

Apresiasi atas kebersihan kelas

Mulai pekan ke-3 Oktober

Apresiasi bisa dilakukan oleh siapapun unsur warga sekolah

 

5.      5. Dukungan yang dibutuhkan

Dukungan dari warga sekolah umumnya dan warga kelas khususnya baik Kerjasama langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai tujuan Tindakan aksi nyata budaya positif ini.

Dokumentasi pendukung Kegiatan Aksi Nyata : 

1. Diseminasi budaya positif melalui Vicon bersama rekan CGP dan rekan sejawat.



https://drive.google.com/file/d/1JeQ436-FO_LDqGKelUYvScuwzb_dx34K/view?usp=sharing

https://drive.google.com/file/d/1L4H8UV5CULPqYOExeSKyJourr67PzRgS/view?usp=sharing

https://drive.google.com/file/d/1YO9WSDDyRlCQV_rCUE-b1GfHiL_V3Oim/view?usp=sharing

2. Komunitas Parktisi di sekolah



https://drive.google.com/file/d/1UF3DI1ndObxrjCsHklj6M-dIl1XLqReL/view?usp=sharing

3. Kesepakatan kelas 8 B SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi




Kehidupan Masa Pra Aksara di Indonesia

Periodisasi zaman praaksara   Periodisasi zaman pra aksara dapat dibedakan berdasarkan geologi (ilmu yang mempelajari bebatuan)  ( Diambil d...