Tugas 3.1.a.10. Aksi Nyata - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
1. Peristiwa (Facts)
a. Latar Belakang
Semenjak masa pandemi terjadi kegiatan pembelajaran di SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi berulangkali mengalami pergantian dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau Belajar Dari Rumah (BDR) hingga Pertemuan Tatap Muka (PTM) Terbatas dengan cara shift. Selama PJJ, tingkat partisipasi murid dalam pengerjaan tugas-tugas masih rendah ditambah saat PTM tidak semua murid masuk sekolah sesuai jadwal shift PTM dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Saat PTM terbatas berlangsung di sekolah, ternyata bukan hanya murid yang tidak masuk sekolah tetapi juga guru. Selalu ada saja guru yang berhalangan hadir dalam setiap pekannya. Hal yang cukup menarik terjadi ketika guru yang berhalangan hadir tidak memberikan tugas. Ruangan kelas menjadi ramai, murid-murid sibuk sendiri di dalam kelas bahkan seringkali mereka menggunakan waktu kosongnya di luar kelas untuk makan minum, nyanyi-nyanyi atau sekedar berkumpul dan mengobrol. Yang jelas, Hampir tidak ada yang membuka buku pelajaran di saat jam kosong dan aktivitas mereka terkadang mengganggu kelas sebelah.
|
|
|
Kondisi pada saat jam kosong menjadi dilema etika bagi sekolah, membiarkan murid dengan aktivitasnya atau tetap belajar bersama guru yang lain ? . Karena selama PTM Terbatas kegiatan KBM tidak diberikan waktu istirahat sehingga membuat murid-murid bosan belajar meskipun jam sekolah lebih pendek. Kerinduan bermain dengan teman sekolah yang selama masa pandemi tidak terakomodasi, bisa tersalurkan meski sekedar mengobrol di kelas.
c. Hasil Aksi Nyata
Mengisi jam kosong bersama guru piket atau guru pengganti baik diisi dengan materi pelajaran dan tugas dari guru yang berhalangan atau mengisinya dengan kegiatan lain yang bermakna, seperti kegiatan literasi atau mungkin bisa menghilangkan kejenuhan suasana belajar dan memfasilitasi keinginan peserta didik untuk mengobrol namun tetap dalam kegiatan pembelajaran (diskusi). Pilihan tema bisa disesuaikan dengan materi pelajaran di jam kosong atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan karakter atau Pendidikan keterampilan hidup (PKH).
2. Perasaan (Feelings)
Saya merasa sangat bersemangat untuk melaksanakan kegiatan tersebut yaitu mengisi jam kosong dengan berbagai aktivitas sekaligus optimalisasi peran guru piket atau guru pengganti di saat jam kosong. Harapannya, guru piket/guru pengganti bisa mengisi ketidakhadiran guru mapel dan peserta didik terpenuhi kebutuhan mendapatkan pendidikan. Pendidikan di sini diartikan dalam cakupan yang luas, bukan hanya belajar di kelas atau membaca buku paket. Siapapun guru piket/guru penggantinya bisa melakukan aktivitas tanpa memaksakan diri harus mengajar materi yang bukan bidang / keahliannya.Murid-murid dapat terawasi, jam kosong diisi oleh kegiatan yang bermakna, dan tidak mengganggu kelas lain.
3. Pembelajaran (Findings)
Selama ini jika ada guru yang berhalangan masuk kelas akan memberikan tugas melalui pesan di WhatsApp Grup atau melalaui guru piket. Guru piket akan memberikan materi sesuai amanah guru yang berhalangan, meskipun mapel itu bukan bidangnya. Terkadang guru hanya menitipkan tugas ke guru piket dan guru piket akan memanggil ketua kelas untuk mengambil tugasnya. Sehingga tugas ketua kelas menjadi lebih berat karena harus mengawasi teman-temannya sekaligus mengerjakan tugas.
Dengan pengamatan, evaluasi, dan kolaborasi dengan semua pihak terkait di sekolah saya bisa mengetahui permasalahan di jam kosong. Saya mencoba mencari solusi atas permasalahan yang ada dengan tetap mengakomodasi kebutuhan belajar dan pendidikan peserta didik bersama guru piket/ guru pengganti.
Pembelajaran yang didapatkan bahwa mengambilan keputusan dengan mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
4. Penerapan ke depan (Future)
Kegiatan /aktivitas pengisi jam kosong akan dilakukan sesuai kadar kesanggupan guru piket/pengganti dan murid-murid. Dan peran guru piket / guru pengganti di saat jam kosong juga bisa dilaksanakan dengan baik karena sudah dilakukan perencanaan, penggorganisasian, pelaksanaan kegiatan, dan tetap disupervisi. Sehingga kegiatan ini dapat dilihat dan diukur keberhasilannya. Jika ada kekurangan kita bisa melakukan perbaikan atau mencari solusi lain yang lebih baik.