Minggu, 07 November 2021

Pembelajaran Berdiferensiasi

 Pembelajaran Berdiferensiasi

oleh : Ilah Armilah,S.E.

Guru di SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi
CGP Angkatan 3 Kabupaten Lampung Utara
Fasilitator : Suharyanto,M.Pd. 
PP : Apridayani,S.Pd.

A. Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

    

Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. 

Namun demikian, pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Bukan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan.

Lalu seperti apa sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi?

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

  1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
  4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
  5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Yang perlu digarisbawahi adalah 
Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut.

        Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. 

Ketiga aspek tersebut adalah:

  1. Kesiapan belajar (readiness) murid
  2. Minat murid
  3. Profil belajar murid

Kamis, 04 November 2021

Aksi Nyata Budaya Positif di SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi

Rancangan Tindakan Untuk Aksi nyata

MODUL BUDAYA POSITIF

KEBERSIHAN KELAS JUGA PRESTASI

Ilah Armilah,S.E.

SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi

CGP Angkatan 3 Kabupaten Lampung Utara

1.        Latar Belakang

SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi merupakan Lembaga Pendidikan formal yang berada di bawah naungan Yayasan Perguruan Islam Ibnu Rusyd. Terletak di Jl. Soekarno-Hatta No.103 Kotabumi. Masjid Raya Ibnu Rusyd yang menjadi kebanggan  senantiasa ramai dikunjungi orang yang ingin melaksanakan sholat. Dan karena posisinya bersebrangan dengan Rumah Sakit Umum Handayani, Masjid Raya Ibnu Rusyd juga sering menjadi tempat istirahat atau bertemunya  keluarga pasien.

Untuk masuk ke area  SMP islam Ibnu Rusyd pengunjung harus masuk melalui pintu gerbang dan melewati beberapa ruang kelas TK dan SD Islam Ibnu Rusyd. Karena lingkungan SMP bergabung dengan TK dan SD, maka tak heran jika para orang tua/wali TK dan SD ikut melihat-lihat lokasi SMP. Bisa dibayangkan , jika koridor ataupun kelas SMP kotor tentunya akan menjadi perhatian banyak orang. 

Untuk memberikan kenyamanan, keindahan, dan kesan baik perlu adanya budaya positif yang akan memunculkan rasa perduli dan kebutuhan akan kelas yang bersih.

Dengan kelas yang bersih, murid bisa melakukan sholat di dalam kelas, bisa duduk-duduk santai saat penat duduk di kursi, dan tentunya ruangan kelas yang bersih membuat betah para penghuninya.

Namun saat ini, baik murid ataupun guru yang masuk ke ruang kelas masih mendapati lantai kelas yang kotor, sehingga guru  perlu selalu mengingatkan akan pentingnya menjaga kebersihan kelas, terutama di jam pertama. Untuk membersihkan kelas biasanya murid-murid melakukannya sambil bercanda, sehingga menyita  waktu jam pelajaran pertama.

Alangkah senangnya jika saat jam pelajaran pertama di mulai murid-murid sudah  siap mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelasnya masing-masing dalam keadaan kelas yang bersih. Dan untuk mewujudkan angan-angan ini saya mengambil Judul  untuk Modul Budaya Positif ini yaitu “Kebersihan Kelas Juga Prestasi”.

Saya bukan wali kelas sehingga tidak memiliki kelas khusus untuk saya bina. Namun di kelas 8B saya mengajar dua mapel di hari yang sama, maka saya akan mengambil sampel kelas 8B sebagai kelas khusus aksi nyata.

 

2.      Tujuan

Sesuai dengan latar belakang yang mendasari Tindakan untuk aksi nyata yang menjadi alas an saya memilih Judul Modul Budaya Positif ini “Kebersihan Kelas Juga Prestasi”, diharapkan:

a.      Warga sekolah umumnya dan khususnya warga  dalam kelas memahami bahwa Prestasi bisa didapatkan dari banyak aspek, diantaranya  adalah dari kebersihan kelas sehingga muncul motivasi untuk berprestasi.

b.      Warga sekolah menyadari bahwa Kelas yang bersih adalah kebutuhan.

c.       Mewujudkan warga sekolah yang berkarakter seperti Profil pelajar pancasila

 

3.      Tolok Ukur

Untuk menilai keberhasilan tindakan untuk aksi nyata ini  adalah dengan melihat sejauh mana motivasi akan kebutuhan kelas yang bersih dapat diwujudkan. Jika warga sekolah umumnya dan khususnya warga kelas sudah mampu menjaga kebersihan kelasnya tanpa diingatkan guru apalagi disuruh, bisa dikatakan Tindakan aksi nyata ini 100% berhasil. Namun mungkin akan butuh waktu lebih dari 4 pekan untuk bisa 100% berhasil. Sudah sewajarnya jika dalam setiap tahapan pencapaian ke arah 100% berhasil, tetap diberikan apresiasi  atas niat baik dan usaha warga sekolah/warga kelas dalam menciptakan kelas yang bersih.

4.      Lini masa tindakan yang dilakukan

No.

Tindakan

Waktu Pelaksanaan

Keterangan

1.

Membagikan bibit tanaman sayuran di kelas 8

Oktober pekan ke-3

Bibit kangkung/ buncis/bayam

2.

Mengecek kebersihan kelas dan lingkungan sekitar kelas

Mulai Pekan ke-3 Oktober- pekan ke-3 November

Hari Kamis dan atau Jum’at .

3.

Mendokumentasikan kebersihan kelas dan kegiatan yang dilakukan dalam kelas yang khusus sebagai dampak positif kelas yang bersih.  Misalnya : sholat di kelas, makan/minum sambal duduk-duduk di lantai/teras kelas, mengerjakan tugas di lantai /teras kelas, duduk santai di lantai sambil bercengkrama dengan teman.

Mulai pekan ke-3 Oktober- pekan ke-3 November

Foto atau video

4.

Meminta tanggapan perwakilan warga sekolah ( 1 atau 2 murid , 1 atau 2 guru dan kepala sekolah)

Pekan ke-1 November dan pekan ke-3 November

Bisa melalui kuisioner ataupun wawancara/tanya jawab/observasi

5.

Tolak Ukur keberhasilan tindakan

Pekan ke-2 dan 3 November

Bisa melalui observasi dan atau kuisioner

6.

Apresiasi atas kebersihan kelas

Mulai pekan ke-3 Oktober

Apresiasi bisa dilakukan oleh siapapun unsur warga sekolah

 

5.      5. Dukungan yang dibutuhkan

Dukungan dari warga sekolah umumnya dan warga kelas khususnya baik Kerjasama langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai tujuan Tindakan aksi nyata budaya positif ini.

Dokumentasi pendukung Kegiatan Aksi Nyata : 

1. Diseminasi budaya positif melalui Vicon bersama rekan CGP dan rekan sejawat.



https://drive.google.com/file/d/1JeQ436-FO_LDqGKelUYvScuwzb_dx34K/view?usp=sharing

https://drive.google.com/file/d/1L4H8UV5CULPqYOExeSKyJourr67PzRgS/view?usp=sharing

https://drive.google.com/file/d/1YO9WSDDyRlCQV_rCUE-b1GfHiL_V3Oim/view?usp=sharing

2. Komunitas Parktisi di sekolah



https://drive.google.com/file/d/1UF3DI1ndObxrjCsHklj6M-dIl1XLqReL/view?usp=sharing

3. Kesepakatan kelas 8 B SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi




Selasa, 28 September 2021

Bersama Membangun Karakter

Bersama Membangun Karakter
Oleh : Ilah Armilah, S.E. 
SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi, Lampung Utara 


Pengantar

Sebagai seorang guru hampir setiap hari saya berinteraksi dengan murid di sekolah. Meskipun jam bertatap muka saat ini hanya sekitar 4 jam, namun interaksi yang terjadi bisa dimanfaatkan untuk melakukan praktik baik terkait penerapan Profil Pelajar Pancasila. Saya mengajar di dua sekolah, yaitu SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi dan SMKN 1 Kotabumi. SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi merupakan sekolah induk saya. Saya sebagai guru tetap yayasan yang mengajar mapel IPS dan Prakarya. 

Membangun Karakter Melalui Pembiasaan 
Di sekolah induk saya yaitu SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi, Kegiatan pembelajaran dimulai jam 07:00, di masjid. Di awali dengan Salam, Sapa, dan Senyuman saat masuk masjid, kemudian mengaji bersama antara murid dan guru , dilanjutkan dengan sholat dhuha. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membiasakan praktik baik dalam ketakwaan dan ketaatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pembiasaan ini diharapkan dapat membentuk karakter spiritual murid dan guru yang beriman dan bertakwa sesuai dengan ajaran agama yang kami anut yaitu Islam.
Di awal kegiatan pembelajaran di kelas, murid secara bergotong-royong menyiapkan kesiapan kelas, seperti kebersihan kelas dan kelengkapan peralatan kelas sesuai jadwal piket yang telah disusun melalui proses musyawarah kelas tanpa membedakan suku bangsa setiap murid. Pembentukan perangkat kelas dimana masing-masing perangkat memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda, bertujuan melatih sifat kepemimpinan dan kemandirian murid di sekolah. Proses dan kondisi ini sebagai pengejawantahan karakter kebhinekaan global. 
    
     Kegiatan pembelajaran masa kini yang berpusat pada murid, dengan menekankan keterampilan abad 21 yang dikenal dengan istilah 4C yaitu Collaboration, Creativity, Critical Thinking, dan Communication mengharuskan guru mengarahkan kegiatan pembelajaran berorientasi pada Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi atau  Higher Order Thinking Skill (HOTS).  Kegiatan pembelajaran dengan berorientasi pada berfikir tingkat tinggi  menggiring murid untuk berfikir kritis dan memecahkan masalah, kreatif, mandiri, mampu berkolaborasi dan berkomunikasi dengan baik.   Berbagai tugas yang diberikan guru kepada murid dengan berbagai strategi pembelajaran yang kontekstual diharapkan mampu membuka cakrawala dan melatih cara berfikir kritis, mandiri, kolaboratif dan gotong-royong, dan kreatif.


Jumat, 27 Agustus 2021

1.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 


PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA

Oleh : Ilah Armilah,S.E.


Asas Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009),  “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”.

 

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.

 

 Dasar-Dasar Pendidikan

Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat  menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan  tumbuhnya kekuatan kodrat anak”

 

Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani.  Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.

 

Dalam proses ‘menuntun’ anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, “waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu”. KHD menggunakan ‘barang-barang’ sebagai simbol dari tersedianya hal-hal yang dapat kita tiru, namun selalu menjadi pertimbangan bahwa Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

 

Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”

KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut

“Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21)

https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/6014cb89a6eb7/indonesia-didominasi-milenial-dan-generasi-z
KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia sesungguhnya. KHD mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.



  Budi Pekerti

 Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Sedih merupakan perpaduan harmonis antara cipta dan karsa demikian pula Bahagia.

Lebih lanjut KHD menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga menjadi ruang untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan pusat pendidikan lainnya.

http://yayasanpulih.org/2020/04/komitmen-pengasuhan-sehat-
di-tengah-masa-pandemi/
Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Keluarga juga dapat menjadi tempat untuk berinteraksi sosial antara kakak dan adik sehingga kemandirian dapat tercipta karena anak-anak saling belajar antar satu dengan yang lain dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, Peran orang tua sebagai guru, penuntun dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak.


Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang Belajar 

Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang belajar nampak pada konsep mengenai Tri Pusat Pendidikan, bahwa anak didik tidak semata-mata hanya belajar di sekolah tetapi juga dalam keluarga dan masyarakat (dalam alam pemuda). Pendidikan alam keluarga akan mendidik anak-anak dengan sebaik mungkin yang meliputi jasmani dan rohani. Keadaan keluarga sangat mempengaruhi perilaku pendidikan, terutama tolong-menolong dalam keluarga, menjaga saudara yang sakit, kebersamaan dalam menjaga kebersihan, kesehatan, kedamaian dan kebersamaan dalam berbagai persoalan yang sangat diupayakan dalam keluarga. 

Di dalam alam keluarga orangtua dapat menanamkan segala benih kebatinan yang sesuai dengan kebatinannya sendiri, ke dalam jiwa anak. Ini adalah hak orangtua yang paling utama dan tidak boleh dicegah orang lain, jadi orangtua berperan sebagai guru (pemimpin laku adab), sebagai pengajar (pemimpin kecerdasan serta pemberi ilmu pengetahuan) dan menjadi contoh laku sosial. 

Selanjutnya dalam alam perguruan, institusi ini berkewajiban mengusahakan kecerdasan pikiran (perkembangan intelektual) serta memberikan ilmu pengetahuan. Menurut Ki Hadjar Dewantara, memaparkan agar pendidikan alam perguruan tidak hanya mementingkan intelek sehingga bersifat zakelijk atau tak berjiwa, yang akan berpengaruh kuat terhadap tumbuhnya egoisme dan materialism, maka Ki Hadjar Dewantara sangat menggarisbawahi pendapat Pestalozzi yang mengatakan bahwa pendidikan intelektual harus disesuaikan dengan kodrat alam dan pendidikan keluarga.

Kesempurnaan pendidikan dalam masyarakat akan terwujud apabila orang-orang yang berkepentingan, yaitu orangtua, tokoh Henricus Suparlan 63 tokoh masyarakat, guru-guru dengan anak atau pemuda, bersatu paham, misal dalam bidang agama, bidang politik, dalam kebangsaan, sehingga sistem Tri Pusat Pendidikan itu akan tercapai.

Terwujudnya Tri Pusat Pendidikan akan melahirkan calon-calon pemimpin bangsa ini yang berkarakter Ing Ngarsa Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani. Para pemimpin yang diidealkan Ki Hadjar Dewantara ini di masa depan akan menghasilkan pemimpin yang tangguh karena merupakan pemimpin yang disiplin terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan masyarakatnya.


 Sebuah Refleksi

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang saya kenal melalui kegiatan pendidikan Guru penggerak sebagai calon guru penggerak Angkatan 3 Kabupaten Lampung Utara memberi warna dan perubahan cara pandang guru dan murid.  

Sebelum mempelajari Modul 1.1 Di mana kemerdekaan murid dalam melakukan segala sesuatu sesuai dengan kodrat alam yang dimilikinya menjadi perhatian utama pada pemikiran Ki hadjar yang selama ini terabaikan.  Selama inbi kegiatan pembelajaran lebih merupakan sebuah rutinitas yang menyamaratakan anatara murid satu dengan murid lainnya tanpa membedakan keunikan yang dimiliki masing-masing murid. Selama ini guru lebih banyak menarik murid untuk ikut ke dalam segala aktivitas pembelajaran tanpa memiliki nilai tawar. Itupun mungkin dilakukan guru karena tanggung jawab dan tuntutan kurikulum. Di mana   tujuan pembelajaran di akhir tahun pelajaran selalu diukur dengan nilai-nilai pasti berupa angka pada semua mata pelajaran.   Antara guru dan murid sama-sama menjalani segala aktivitas sesuai peraturan, tanpa nilai tawar apalagi kemerdekaan melakukan segalanya sesuatu minat, bakat, kemauan atau ketertarikan.

 Setelah mempelajari Modul 1.1  Saya jadi tahu bahwa penting untuk memperhatikan minat, bakat, kemampuan murid atau dengan kata lain keunikan setiap murid dalam kegiatan pembelajaran. Memanusiakan manusia dengan berbalut kemerdekaan dalam belajar dan bermain, dengan menanamkan budi pekerti sesuai kodrat alam dan kodrat zaman.

Proses pendidikan yang memerdekaan, tetap memperhatikan kodrat alam dan zaman dalam membentuk karakter demi terwujudnya manusia yang beriman dan bertakwa dengan karakter profil pelajar pancasila yang bermartabat dan bermanfaat bagi dirinya, agamanya, masyarakat, bangsa dan negara.



Rencana Tindak Lanjut

Saya akan mencoba melakukan praktik baik terkait pemikiran Ki Hadjar Dewantara di sekolah tempat saya mengajar umumnya dan khususnya di kelas-kelas dimana saya mengajar di sana.  Praktik baik saya mulai dari memberi tenggat waktu yang menyesuaikan kebutuhan materi dan murid, memberikan kebebasan pada murid untuk mengerjakan tugas sesuai kemampuan dan kesukaan, juga membicarakan hal-hal yang disukai murid-murid seperti permainan,  bernyanyi ,atau menonton cuplikan sebuah  film motivasi di sela-sela kegiatan pembelajaran.  membuat suasana belajar menjadi lebih meriah dan menggembirakan.

Terima kasih...


Sumber :

1. https://media.neliti.com/media/publications/85340-ID-filsafat-pendidikan-ki-hadjar-dewantara.pdf

2. https://erinstitute.id/2020/11/04/refleksi-diri-tentang-pemikiran-ki-hadjar-dewantara/
3. https://www.guruyung.web.id/2021/05/konsep-pendidikan-menurut-ki-hadjar.html



Rabu, 10 Maret 2021


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh....

Mapel : Produk Kreatif dan Kewirausahaan

Kelas 12 SMKN 1 Kotabumi

Tema : Promosi Pemasaran dan Pemasaran  Produk Usaha 

Guru : Ilah Armilah,S.E.


Daftar Siswa Yang telah Membuat Promosi Usaha di Blog dan IG pribadi :


1. https://alpiahskincare.blogspot.com/ 

2. https://indrsptni.blogspot.com/

3. https://hijabpashminadiamon.blogspot.com/

4. https://cakesmutiara.blogspot.com/

5. https://nndiajunitaaurelia.blogspot.com/

6. https://cahgeprekkotabumi.blogspot.com/

7. https://syifachairaninurrahma354.blogspot.com/

8. https://triarstni75.blogspot.com/

9. https://kotabumiboba.blogspot.com/


Malam ini cukup ini dulu ya...

Terima Kasih..

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh.... 




Kehidupan Masa Pra Aksara di Indonesia

Periodisasi zaman praaksara   Periodisasi zaman pra aksara dapat dibedakan berdasarkan geologi (ilmu yang mempelajari bebatuan)  ( Diambil d...