Sebagai seorang guru hampir setiap hari saya berinteraksi dengan murid di sekolah. Meskipun jam bertatap muka saat ini hanya sekitar 4 jam, namun interaksi yang terjadi bisa dimanfaatkan untuk melakukan praktik baik terkait penerapan Profil Pelajar Pancasila.
Saya mengajar di dua sekolah, yaitu SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi dan SMKN 1 Kotabumi. SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi merupakan sekolah induk saya. Saya sebagai guru tetap yayasan yang mengajar mapel IPS dan Prakarya.
Membangun Karakter Melalui Pembiasaan
Di sekolah induk saya yaitu SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi, Kegiatan pembelajaran dimulai jam 07:00, di masjid. Di awali dengan Salam, Sapa, dan Senyuman saat masuk masjid, kemudian mengaji bersama antara murid dan guru , dilanjutkan dengan sholat dhuha. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membiasakan praktik baik dalam ketakwaan dan ketaatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pembiasaan ini diharapkan dapat membentuk karakter spiritual murid dan guru yang beriman dan bertakwa sesuai dengan ajaran agama yang kami anut yaitu Islam.
Di awal kegiatan pembelajaran di kelas, murid secara bergotong-royong menyiapkan kesiapan kelas, seperti kebersihan kelas dan kelengkapan peralatan kelas sesuai jadwal piket yang telah disusun melalui proses musyawarah kelas tanpa membedakan suku bangsa setiap murid. Pembentukan perangkat kelas dimana masing-masing perangkat memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda, bertujuan melatih sifat kepemimpinan dan kemandirian murid di sekolah. Proses dan kondisi ini sebagai pengejawantahan karakter kebhinekaan global.
Kegiatan pembelajaran masa kini yang berpusat pada murid, dengan menekankan keterampilan abad 21 yang
dikenal dengan istilah 4C yaitu Collaboration, Creativity, Critical
Thinking, dan Communication mengharuskan guru mengarahkan kegiatan
pembelajaran berorientasi pada Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS).Kegiatan pembelajaran dengan berorientasi
pada berfikir tingkat tinggi menggiring
murid untuk berfikir kritis dan memecahkan masalah, kreatif, mandiri, mampu
berkolaborasi dan berkomunikasi dengan baik.Berbagai tugas yang diberikan guru kepada murid dengan berbagai strategi
pembelajaran yang kontekstual diharapkan mampu membuka cakrawala dan melatih
cara berfikir kritis, mandiri, kolaboratif dan gotong-royong, dan kreatif.
Dari hasil
pengamatan proses pembelajaran di bulan pertama kegiatan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran dengan metode diskusi saat ini lebih disukai murid-murid
dibandingkan metode ceramah. Melalui diskusi mereka bisa mengekspresikan isi pikiran dan
pendapat mereka dengan lebih leluasa, mendapatkan timbal balik dari rekan
sebaya, dan keluasan pengetahuan yang didapat dari berbagai sumber belajar yang
bisa didapatkan dengan mudah dengan bantuan internet. Kegiatan diskusi juga
bertujuan melatih komunikasi, kolaborasi dan gotong-royong, mandiri, berfikir kritis dan mampu mmencari
solusi atas masalah yang diberikan sesuai
tenggatwaktu yang telah ditetapkan.
Kegiatan
Pembelajaran di kelas yang diawali dan diakhiri dengan pembacaan do’a dan
salam, merupakan pembiasaan praktik baik dalam penanaman karakter beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Di awal kegiatan pembelajaran dalam
kelas, setelah berdo’a guru meminta murid menyanyikan lagu wajib nasional. Kegiatan
ini selain untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan bangsa juga untuk
menyadarkan kita bahwa Indonesia adalah negara yang majemuk dengan berbagai
jenis dan ragam suku bangsa, ras, dan agama.
Hal yang
mencengangkan adalah ternyata
murid-murid kelas 8B di sekolah saya sebagian besar tidak mengenal lagu wajib
nasional. Kesimpulan ini saya ambil berdasarkan sebuah kejadian di dalam kelas
dan kejadian ini membuat saya tertegun.
Sebelum pembelajaran di mulai,setelah
berdo’a saya meminta murid menyanyikan lagu wajib nasional dengan memilih satu
dari tiga judul yang saya tawarkan. Saat
itu saya menawarkan lagu Rayuan Pulau Kelapa, Syukur, dan Dari Sabang Sampai
Merauke. Dengan percaya diri beberapa murid di kelas putra (8b) serempak memilih lagu Dari
Sabang Sampai Merauke. Setelah kalimat pertama, saya kaget mendengar
lanjutannya. Ternyata kalimat yang keluar dari mulut mereka bukanlah lagu Dari
Sabang Sampai Merauke yang saya kenal. Melainkan aransemen lagu yang hamper sama namun liriknya telah
mengalami banyak perubahan menjadi iklan sebuah produk mie.
Meskipun masih belum benar namun setidaknya saya telah meluruskan apa yang tadi terlempar jauh ke luar. Dengan perasaan
campur aduk antara sedih dan miris, saya
memberikan contoh menyanyikan lagu Dari Sabang Sampai Merauke, kemudian lagu
Syukur, dan yang terakhir lagu Rayuan Pulau Kelapasekaligus menjelaskan makna yang terkandung
di dalam ketiga lagu tersebut dikaitkan dengan maple yang saya ampu, IPS.
Meskipun masih belum benar murid-murid menyanyikan ketiga lagu wajib nasional
tersebut namun setidaknya saya telah meluruskan apa yang keliru. Kemudian sayapun membagikan link lagu Dari
Sabang Sampai Merauke terbaru di
WhatsApps Grup mapel saya.
Saya menyampaikan
kepada murid-murid tentang pentingnya memiliki rasa cinta tanah air dan
menghargai karya anak bangsa. Menumbuhkan rasa patriotis dan rasa cinta tanah
air melalui lagu saya rasa masih relevan untuk anak-anak seusia mereka.
Kemudian sayapun membagikan link lagu Dari Sabang Sampai Merauke di WhatsApps Grup mapel saya.
Saya sampaikan kepada murid-murid saya tentang pentingnya memiliki rasa cinta tanah air dan menghargai karya anak bangsa. Menumbuhkan rasa patriotism dan rasa cinta tanah air melalui lagu saya rasa masih relevan untuk anak-anak seusia mereka.
Dalam kegiatan pembelajaran terkadang saya menyisipkan materi tentang profil pelajar Pancasila. Salah satunya dengan menanyangkan film pendek karya PUSPEKA yang saya putarkan dalam kelas, kemudian meminta pendapat murid-murid saya menyebutkan kembali contoh-contoh perilaku baik atau tidak baik pada tayangan tersebut. Jika itu perilaku tidak baik, saya minta pendapat mereka tentang apa yang sebaiknya dilakukan.
Ketika
sekolah mengadakan rapat rutin bulanan,
saya menyempatkan diri berbagi pengetahuan atau pengalaman. Baik pengetahuan yang
berkaitan dengan metode pembelajaran, media pembelajaran, ataupun evaluasi terkait sikap murid atau guru yang
kurang berkenan di hati saya.
Pernah saya mendapati seorang rekan guru mengingatkan murid untuk mengerjakan semua tugas segera karena murid tersebut sudah terlambat mengumpulkan tugas. Karena guru tersebut tidak mempermasalahkan jawaban murid benar atau salah, akhirnya si murid mengerjakan dengan sembarang hanya demi tugas dikumpulkan. Tidak ada lagi proses berfikir yang dilakukan si murid, seolah-olah tangan sudah secara otomatis menuliskan apa yang dilihatnya dari buku temannya. Kondisi ini memancing saya untuk berbincang dengan guru tersebut, meminta pendapatnya tentang proses yang baru saja terjadi, dan memberikan sedikit saran/masukan terkait profil pelajar Pancasila unsur karakter mandiri, kreatif, dan berfikir kritis.
Saya juga pernah mendengar dan
mendapati guru yang melakukan razia
rambut murid-murid laki-laki. Saya
menyampaikan ketidaksetujuan saya pada aksi tersebut. Besoknya ada laporan orang tua salah
satu murid mengungkapkan kekecewaan karena rambut anaknya menjadi berantakan akibat
razia rambut yang sembarangan. Beberapa murid yang belum merapikan rambutnya menjadi
malu memperlihatkan rambutnya, sehingga mereka merasa perlu menutupinya dengan topi.
Kejadian itu menjadi pelajaran berharga buat semua rekan guru bahwa ketika bertindak kita
harus juga mempertimbangkan perasaan murid atau orang tua murid.
Di sekolah kami juga ada kegiatan yang disebut Jum’at berkah atau Jum’at Berbagi. Di mana setiap hari Jum’at sekolah membuka kotak infaq bagi seluruh murid dan guru yang kemudian uangnya kita gunakan untuk membeli sembako yang akan diberikan pada keluarga murid yang kurang mampu atau masyarakat di lingkungan sekolah. Terkadang juga uangnya dibelikan nasi bungkus untuk dibagikan setelah kegiatan sholat jum’at.
Dua bulan ini, uang yang terkumpul dari kegiatan Jum’at berkah dialokasikan untuk menyumbang pembangunan WC perempuan di masjid Yayasan. Meskipun jumlahnya tidak banyak, namun partisipasi murid dan guru sudah membuktikan bahwa rasa perduli pada kebutuhan umum juga menjadi perhatian kami.
Dengan menjadwalkan rutin kegiatan Jum’at Berkah /Jum’at Berbagi diharapkan akan tumbuh rasa empati, saling perduli, berbagi, dan menyayangi terhadap sesama pada diri murid dan guru-guru di sekolah.
Penutup
Pembiasaan praktik baik sedari dini pada murid-murid menjadi landasan bagi mereka
untuk dapat melakukan perilaku baik di kemudian hari. Pembiasaan yang didukung oleh keluarga,
lingkungan dan situasi dapat menggiring murid-murid berperilaku baik seperti 6 karakter Profil
Pelajar Pancasila secara spontan. Tentu saja kondisi ini juga dipengaruhi oleh iklim keluarga dan
lingkungan di mana murid berada. Semoga bekal yang diberikan, pemahaman yang ditanamkan
semasa murid-murid bersekolah di sekolah kami dapat menjadi bekal yang bermanfaat bagi
kehidupan mereka secara individu, sebagai warga masyarakat, dan sebagai warga dunia.
Semoga tulisan tentang praktik baik ini bisa bermanfaat untuk semua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar